Author Archives: irdhayani

DOKUMENTASI INTERVENSI KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam dunia kesehatan yakni yang berkecimpung dalam dunia keperawatan dikenal adanya proses pencatatan hal-hal yang penting bagi kepentingan semua pihak baik itu dari perawat , dokter, pasien maupun keluarga pasien. Pendokumentasian dilakukan setelah pelaksanaan setiap tahap proses keperawatan keluarga dilakukan dan disesuaikan urutan waktu. Adapun manfaat dari pendokumentasian diantaranya sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan lainnya, sebagai dokumen resmi dalam sistem pelayanan kesehatan, sebagai alat pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien(Effendi, 1995).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Konsep dasar dan Tujuan intervensi keperawatan ?
2. Apa saja Jenis intervensi keperawatan dan Komponen-komponennya ?
3. Bagaimana Peranan dokumentasi intervensi ?
4. Apa Kriteria intervensi keperawatan ?
5. Bagaiamana Prinsip penulisan rencana tindakan yang efektif ?

C. Tujuan
Tujuan utama dari pendokumentasian adalah :
1. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat kebutuhan klien,merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan, dan mengevaluasi tindakan.
2. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR
Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Iyer, Taptich & bernocchi-Losey, 1996).
Secara tradisional, rencana keperawatan diartikan sebagai suatu dokumen tulisan tangan dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi. Sebagaiman disebutkan sebelumnya, rencana keperawatan merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan kepada klien.

B. TUJUAN INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan intervensi adalah sebagai pengantar untuk mengatur atau mendesain tindakan perawatan berdasarkan respon klien terhadap masalah kesehatannya, dengan sasaran mencegah, menghilangkan atau meminimalkan penyebab yang mempengaruhi status kesehatan tersebut.
Tujuan dokumentasi tahap perencanaan:
• Sebagai kerangka kerja dalam implementasi keperawatan.
• Merupakan inti dokumentasi keperawatan yang berorientasi pada masalah.
• Sebagai referensi dalam melakukan modifikasi rencana keperawatan.
• Sarana komunikasi tim keperawatan dalam pendelegasian tugas/instruksi keperawatan.
• Sebagai landasan ilmiah yang logis dan sistematis dalam mengerjakan asuhan keperawatan kepada pasien.
• Agar semua rencana tindakan dapat dipilih disesuaikan kondisi klien sehingga efektif.

C. JENIS INTERVENSI KEPERAWATAN
Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan berdasarkan masalah actual dari klien. Maksud dokumentasi adalah menemukan secara tepat sebagai gambaran intervensi keperawatan yang meliputi :
1. Intervensi terapeutik
Tindakan terapeutik adalah askep yang langsung sesuai keadaan klien. Rencana keperawatan yng lebih dari satu harus di kerjakan sungguh-sungguh sesuai prioritas masalah dalam diagnosa keperawatan.
2. Intervensi pemantapan/ observasi
Proses ini membutuhkan ketajaman observasi perawat termasuk keterampilan mengevaluasi yang tepat. Program yang lebih efektif sangat menentukan kesehatan klien.
Perawat harus lebih melihat perkembangan yang baik dan buruk dari klien seperti:
 Mengobservasi tanda-tanda vital
 Diagnosa Keperawatan
 Tindakan Keperawatan (Terapeutik)
 Therapi Medic
 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
 Cemas
 Mengatur posisi
 Mengajarkan tehnik batuk
 Mengajarkan kegiatan untuk mengurangi stress
 Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman
 Mengurangi pergerakan
 Mengatur pemberian Oksigen
 Memeriksa sputum
 Infus cairan elektrolit sesuai BB

D. KOMPONEN DOKUMENTASI INTERVENSI KEPERAWATAN
Dokumentasi intervensi Mengidentifikasi mengapa sesuatu terjadi terhadap klien, apa yang terjadi, kapan, bagaimana, dan siapa yang melakukan intervensi :
Why : Harus dijelaskan alasan tindakan harus dilaksanakan dan data yang ada dari hasil dokumentasi pengkajian dan diagnosa keperawatan.
What : Ditulis secara jelas, ringkas dari pengobatan atau tindakan dalam bentuk action verb.
When : Mengandung aspek yang penting dari dokumentasi intervensi. Pencatatan pada waktu pelaksanaan intervensi sangat penting dalam hal pertanggung jawaban hukum dan efektifitas tertentu.
How : Tindakan dilaksanakan dalam penambahan pencatatan yang lebih detail. Misalnya, “ miring kanan atau kiri dengan bantuan perawat.” Menandakan suatu prinsip ilmiah dan rasional dari rencana tindakan. Metode ini akan bisa meningkatkan dalam upaya-upaya penggunaan prosedur keperawatan yng tepat.
Who : siapa yang melaksanakan intervensi harus selalu dituliskan pada dokumnetasi serta tanda tangan sebagai pertanggung jawaban.

Intervensi yang memerlukan suatu dokumnetasi khusus
Ada dua dokumentasi yang memerlukan pendokumentasian khusus yaitu :
1. Prosedur invasive
Tindakan invasive merupakan bagian yang penting dari proses keperawatan, Karena memerlukan pengetahuan tentang IPTEK yang tinggi. Untuk itu pengetahuan lanjutan diperlukan dalam upaya meningkatkan tanggung jawab dalam pemberian intervensi. Misalnya perawat memberikan transfusi, kemoterapi, memasang kateter. Tindakan tersebut diatas akan membawa resiko yang tinggi pada klien terhadap komplikasi, yang tentunya perlu informed consent sebelum tindakan di laksanakan.
2. Intervensi mendidik klien
Perawat berperan penting dalam mengenal kebutuhan belajar klien dalam rencana mendidik klien dan memelihara laporan kegiatannya.

Rencana tindakan keperawatan meliputi :
1) Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan harus merupakan prioritas utama untuk merawat klien. Hal tersebut harus menyangkut langsung kearah situasi yang mengancam kehidupan klien.
2) Kriteria hasil
Setiap diagnosa keperawatan harus mempunyai sedikitnya satu kriteria hasil. Kriteria hasil dapat diukur dengan tujuan yang diharapkan yang mencerminkan masalah klien.
3) Rencana tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan adalah memperoleh tanggung jawab mandiri, khususnya oleh perawat yang dikerjakan bersama dengan perintah medis berdasarkan masalah klien dan bantuan yang diterima klien adalah hasil yang diharapkan. Masing-masing masalah klien dan hasil yang diharapkan didapatkan paling sedikit dua rencana tindakan.

E. PERANAN DOKUMENTASI INTERVENSI
Pentingnya dokumentasi rencana asuhan keperawatan, yaitu :
a) Berisikan informasi yang penting dan jelas.
b) Sebagai alat komunikasi antara perawat dan perawat.
c) Memudahkan melaksanakan masalah keperawatan yang berkelanjutan.
d) Dokumentasi yang ekslusif untuk pencatatan hasil yang diharapkan untuk pasien.

F. KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria perencanaan harus mencakup:
a. Perumusan tujuan
– Berfokus pada masyarakat
– Jelas dan singkat
– Dapat diukur dan diobservasi
– Realistis
– Ada target waktu
– Melibatkan peran serta masyarakat.
b. Rencana tindakan
– Tetapkan tehnik dan prosedur yang akan digunakan.
– Mengarah pada tujuan yang akan dicapai.
– Realistis
– Disusun berurutan dan ada rasionalnya.
c. Kriteria hasil
– Menggunakan kata kerja yang tepat.
– Dapat dimodifikasi dan Spesifik.

G. PRINSIP PENULISAN RENCANA TINDAKAN YANG EFEKTIF
• Sebelum menuliskan rencana tindakan, kaji ulang semua data yang ada sumber data yang memuaskan meliputi :
o Pengkajian sewaktu klien masuk rumah sakit.
o Diagnosa keperawatan sewaktu masuk rumah sakit.
o Keluahan utama klien atau alasan dalam berhubungan dengan pelayanan kesehatan.
o Pemeriksaan penunjang.
o Latar belakang sosial budaya.
o Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Observasi dari tim kesehatan lain.
• Daftar dan jenis masalah aktual resiko dan kemungkinan. Berikan prioritas utama pada masalah aktual yang mengancam kesehatan.
• Untuk mempermudah dan bisa dimengerti dalam memubuat rencana tindakan berikanlah ganbaran dan ilustrasi : contoh: bila mungkin diagnosa khususnya sangat membantu ketika teknologi canggih digunakan untuk perawtan klien atau ketika menggambarkan lokasi anatomi.
• Tuliskan dengan jelas khusus, terukur, kriteria hasil yang diharapkan untuk menetapkan masalah bersama dengan klien tentukan keterampilan kognitif, afektif dan psikomotor yang memerlukan perhatian.
• Selalu ditanda-tangani dan diberi tanggal rencana tindakan, hal ini penting karena seorang perawat profesional akan bertanggung jawab dan bertanggung gugat untuk melaksakan rencana tindakan yang telah tertulis.
• Mulai rencana tindakan dengan menggunakan action verb. Catat tanda-tanda vital setiap pergantian dines. Timbang BB setiap hari.
• Alasan prinsip specivity untuk menuliskan diagnosa keperawatan, yaitu:
– Bagaimana prosedur akan dilaksanakan.
– Kapan dan berapa lama.
– Jelaskan secara singkat keperluan apa yang perlu dipenuhi, termasuk tahapan-tahapan tindakan.
• Tuliskan rasional dari rencana tindakan.
• Rencana tindakan harus selalu tertulis dan ditanda-tangani
• Rencana tindakan harus dicatat sebagai hal yang permanen.
• Klien dan keluarganaya jika memungkinkan di ikutsertakan dalam perencanaan.
• Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yang ditentukan dan diusahakan untuk selalu diperbaharui misalnya setiap pergantian dines, setiap hari, dan atau sewaktu-waktu diperlukan.

BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kami dapat menyimpulkan bahwa Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam proses keperawatan berdasarkan masalah actual dari klien. Maksud dokumentasi adalah menemukan secara tepat sebagai gambaran intervensi keperawatan yang meliputi Intervensi terapeutik, intervensi pemantapan/observasi, ada pun dokumentasi yang memerlukan dokumentasi khusus yaitu Prosedur invasive dan intervensi mendidik klien.

b. Saran
Sebaiknya dokumentasi yang dibuat itu harus benar-benar sesuai standar yang telah ditentukan dan benar-benar seuai tindakan yang di kerjakan,tidak ada rekayasa.

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat Alimul Azis.A,(2000),Pengantar Dokumentasi Keperawatan,Penerbit Buku kedokteran EGC.Jakarta
Isti Handayaningsih,(2009),Dokumentasi Keperawatan,Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta
Carol Vestal Allen (1998),Memahami Proses keperawatan,penerbit buku Kedokteran EGC,Jakarta
Hidayat Alimul Azis.A.(2007),Pengantar Konsep Dasar Keperawatan edisi 2,Salemba Medika,Jakarta
http://www.docstoc.com/docs/6850312/Dokumentasi keperawatan.
Diposkan oleh Sholita Itha Ratwo di 03:35
http://sholita-itha.blogspot.com/2012/01/makalah-dokumentasi-intervensi.html
Diposkan oleh Olif Dwi di 20:48
http://olifdwiaja.blogspot.com/2011/11/dokumentasi-intervensi-keperawatan.html

asuhan keperawatan Patent Ductus Arterious (PDA)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
Kegagalan penutupan ductus anterior (arteri yg menghubngkn aorta & arteri pulmonalis) dalam minggu I kelahiran selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembuluh darah yang terkena aliran darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tekanan yg > rendah di arteri pulmonal à menyebabkan Left to Right Shunt.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep medis dari Patent Ductus Arterious (PDA) ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan mengenai Patent Ductus Arterious
(PDA) ?

C. Tujuan
Agar mahasiswa lebih mengetahui bagaimana konsep medis maupun asuhan keperawatan dari Patent Ductus Arterious (PDA) pada anak.

BAB II
KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001; 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
• Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
• Ibu alkoholisme, peminum obat penenang atau jamu
• Umur ibu lebih dari 40 tahun.
• Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan insulin.
2. Faktor Genetik :
• Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
• Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
• Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
• Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

C. PATOFISIOLOGI
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang menghubungkan aliran darah pulmonal ke aliran darah sistemik dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt) ini diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa kehamilan tersebut. Pada saat lahir resistensi dalam sirkulasi pulmonal dan sistemik hampir sama, persamaan tersebut juga pada resistensi dalam aorta dan arteri pulmonalis. Karena tekanan sistemik melebihi tekanan pulmonal, darah mulai mengalir dari aorta, melintasi ke duktus ke arteri pulmonalis (left to right shunt) à darah kembali bersirkulasi melalui paru & turun ke atrium kiri à ventrikel kiri à pengaruh perubahan sirkulasi à meningkatkan kerja jantung bagian kiri à meningkatkan kongesti pembuluh darah pulmonal & memungkinkan resistensi à meningkatkan tekanan ventrikel kanan & hypertrofi. Jika duktus tetap terbuka, darah yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh akan kembali ke paru-paru sehingga memenuhi pembuluh paru-paru.

D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF) diantaranya :
 Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung.
 Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas).
 Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg).
 Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik.
 Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal.
 Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah.
 Apnea dan Tachypnea.
 Nasal flaring dan Retraksi dada.
 Hipoksemia
 Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru).
Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
1) tidak mau menyusu
2) berat badannya tidak bertambah
3) berkeringat
4) kesulitan dalam bernafas
5) denyut jantung yang cepat.
Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang seringkali terjadi pada bayi prematur.

E. PENCEGAHAN
Meskipun tidak ada pencegahan dikenal untuk PDA, sesuai perawatan kehamilan untuk wanita hamil adalah penting dan dapat mencegah kelahiran prematur, faktor risiko utama untuk PDA.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan dan pemberian obat-obatan : Furosemid (lasix) diberikan bersama restriksi cairan untuk meningkatkan diuresis dan mengurangi efek kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) untuk mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik untuk mencegah endokarditis bakterial.
Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
Non pembedahan : Penutupan dengan alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung. (Betz & Sowden, 2002 ; 377-378, Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236).

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Radiologi: foto rontgen dada hampir selalu terdapat kardiomegali.
• Elektrokardiografi/EKG, menunjukkan adanya gangguan konduksi pada ventrikel kanan dengan aksis QRS bidang frontal lebih dari 90°.
• Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
• Ekokardiografi, bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih besar. sangat menentukan dalam diagnosis anatomik.
• Kateterisasi jantung untuk menentukan resistensi vaskuler paru.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. ( Carpenito, 2000 ).
a) Anamnesa
1. Identitas ( Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara fungsional menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus Arteriosus) lebih sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari bayi laki-laki. Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.
2. Keluhan Utama
Pasien dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
3. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda respiratory distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel kiri, retraksi dada dan hiposekmia.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu menderita infeksi dari rubella.
5. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan kromosom.

6. Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya, bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.

b) Pengkajian fisik (ROS : Review of System)

1) Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.

2) Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.

3) Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.

4) Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi urine menurun (oliguria).

5) Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.

6) Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kelelahan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
Tujuan : Mempertahankan curah jantung yang adekuat
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit
2. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)
3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)
Kolaborasi
1. Pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.
2. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload
3. Berikan diuretik sesuai indikasi. Mandiri
1. Permulaan gangguan pada jantung akan ada perubahan tanda-tanda vital, semuanya harus cepat dideteksi untuk penanganan lebih lanjut.
2. Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidak adekuatan curah jantung, vasokonstriksi dan anemia.
3. Deteksi dini untuk mengetahui adanya gagal jantung kongestif
Kolaborasi
1. Obat ini dapat mencegah semakin memburuknya keadaan klien.
2. Obat anti afterload mencegah terjadinya vasokonstriksi
3. Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan risiko terjadinya edema paru.

2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
Tujuan : Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh darah.
Intervensi Rasional
1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit. Atur posisi anak dengan posisi fowler
2. Hindari anak dari orang yang terinfeksi.
3. Berikan istirahat yang cukup.
4. Berikan oksigen jika ada indikasi
Untuk deteksi dini terjadinya gangguan pernapasan. 1. Untuk memudahkan pasien dalam bernapas.
2. Agar anak tidak tertular infeksi yang akan memperburuk keadaan.
3. Menurunkan kebutuhan oksigen dalam tubuh.
4. Membantu klien untuk memenuhi oksigenasinya.

3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Intervensi Rasional
1. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut : Nadi 20 per menit diatas frekuensi istirahat, catat peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan berat, berkeringat, pusing dan pingsan.
2. Kaji kesiapan pasien untuk meningkatkan aktivitas.
3. Dorong memajukan aktivitas.
4. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi. 1. Jika tidak sesuai parameter, klien dikaji ulang untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
2. Persiapkan dan dukung klien untuk melakukan aktivitas jika sudah mampu.
3. Agar klien termotivasi untuk melakukan aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh.
4. Memudahkan klien untuk beraktivitas tapi tidak memanjakan.
Tujuan : Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.

4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
Tujuan : Memberikan support untuk tumbuh kembang
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat tumbuh kembang anak
2. Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.
3. Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat
1. Memantau masa tumbuh kembang anak.
2. Agar anak bisa tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.
3. Anggota keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap proses pertumbuhan dan juga perkembangan anak-anak.
Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan.

5.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status nutrisi terpenuhi.
Kriteria hasil :
• Status nutrisi terpenuhi
• nafsu makan klien timbul kembali
Intervensi Rasional
1. Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi klien
2. Mencatat intake dan output makanan klien.
3. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi selama sakit.
4. Manganjurkn makan sedikit- sedikit tapi sering. 1. Mengetahui kekurangan nutrisi klien.
2. Mengetahui perkembangan pemenuhan nutrisi klien.
3. Ahli gizi adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang membantu klien memilih makanan sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat badannya.
4. Dengan sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung.

BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering ditemui pada bayi yang lahir prematur namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada bayi cukup bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu. Apabila duktus tersebut masih terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh dapat terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45 tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.

b. Saran
Diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat dalam membuat asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges, M.E.,Moorhouse M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Engram, Barbara, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.

Powered by WordPress.com
http://imutzsweety17.wordpress.com/2012/05/03/laporan-pendahuluan-dan-askep-jantung-bawaan/
Diposkan oleh Rizki Kurniadi
Hari Minggu, Februari 26, 2012
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-anak-dengan_901.html

http://putrisayangbunda.blog.com/2010/08/29/askep-patent-ductus-anterious-pda/
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Patent_ductus_arteriosus

MEDIA PROMOSI KESEHATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Promosi kesehatan di sekolah misalnya, merupakan langkah yang strategis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya dalam mengembangkan perilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2005). Menurut Suhardjo (2003), media sebagai sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan.
Menurut Notoatmodjo (2005), promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan disampaikan dengan mudah dipahami dan lebih menarik. Media juga dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas informasi, mempermudah pengertian. Disamping itu, dapat mengurangi komunikasi yang verbalistik dan memperlancar komunikasi. Dengan demikian sasaran dapat mempelajari pesan tersebut dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Simnett dan Ewles (1994) menambahkan bahwa metode mengajar dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak dipakai dalam praktik promosi kesehatan.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi media promosi kesehatan ?
2. Apa tujuan dan keuntungan dari media promosi kesehatan ?
3. Apa Langkah-langkah penetapan media promosi kesehatan ?
4. Bagaimana Penggolongan dan jenis media promosi kesehatan ?
5. Bagaimana pesan dalam media agar mudah tersalurkan ?

C. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui pentingnya media promosi kesehatan dalam masyarakat.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah, perantara, atau pengantar. Secara harfiah dalam bahasa Arab, media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan Penyebarluasan informasi.
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan (Soekidjo, 2005).

B. TUJUAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN
1. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.
2. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.
3. Media dapat memperjelas informasi.
4. Media dapat mempermudah pengertian.
5. Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis.
6. Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap mata.
7. Media dapat memperlancar komunikasi.

C. KEUNTUNGAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN
Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan-keuntungan, antara lain :
1. Dapat menghindari kesalahan pengertian/pemahaman atau salah tafsir.
2. Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap.
3. Apa yang diterangkan akan lebih lama diingat, terutama hal-hal yang mengesankan.
4. Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5. Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan.
D. KLASIFIKASI MEDIA PROMOSI KESEHATAN
Umar Hamalik, Djamarah dan Sadiman dalam Adri (2008), mengelompokkan media promosi kesehatan menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan jenisnya, yaitu:
Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape recorder.
Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual, seperti tv, layar plasma, dll.
Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis, yaitu:
– Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide
– Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.
2. Berdasarkan fungsinya
a. Media cetak
Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan-pesan visual. Pada umumnya terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna. Contohnya poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker, dan pamflet. Fungsi utamanya adalah memberi informasi dan menghibur. Kelebihan yang dimiliki media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak terlalu tinggi, tidak perlu energi listrik, dapat dibawa, mempermudah pemahaman, dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya tidak dapat menstimulasi efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat.
b. Media elektronik
Media elektronik aitu suatu media bergerak, dinamis, dapat dilihat, didengar, dan dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contohnya televisi, radio, film, kaset, CD, VCD, DVD, slide show, CD interaktif, dan lain-lain. Kelebihan media elektronik antara lain sudah dikenal masyarakat, melibatkan semua pancaindra, lebih mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar, adanya tatap muka, penyajian dapat dikendalikan, janagkauan relatif lebih besar/luas, serta dapat diulang-ulang jika digunakan sebagai alat diskusi. Kelemahannya yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, memerlukan energi listrik, diperlukan alat canggih dalam proses produksi, perlu persiapan matang, peralatan yang selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan, dan perlu keterampilan dalam pengoprasian.

c. Media luar ruang / media papan (billboard)
Media luar ruang yaitu suatu media yang penyampaian pesannya di luar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronik secara statis. Contohnya papan reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar, dan lain-lain. Kelebihan media luar ruang diantaranya sebagai informasi umum dan hiburan, melibatkan semua pancaindra, lebih menarik karena ada suara dan gambar, adanya tatap muka, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif lebih luas. Kelemahannya yaitu biaya lebih tinggi, sedikit rumit, ada yang memerlukan listrik atau alat canggih, perlu kesiapan yang matang, peralatan yang selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan.

E. JENIS/MACAM MEDIA PROMOSI KESEHATAN
Alat-alat peraga dapat dibagi dalam empat kelompok besar :
1. Benda asli.
Benda asli adalah benda yang sesungguhnya, baik hidup maupun mati. Jenis ini merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah dan cepat dikenal serta mempunyai bentuk atau ukuran yang tepat. Kelemahan alat peraga ini tidak selalu mudah dibawa kemana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam alat peraga, antara lain benda sesungguhnya (tinja dikebun, lalat di atas tinja, dan lain-lain), spesimen (benda yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol pengawet, dan lain-lain), sampel (contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dan lain-lain).
2. Benda tiruan
Benda tiruan memiliki ukuran yang berbeda dengan benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan karena benda asli mungkin digunakan (misal, ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dan lain-lain). Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik, dan lain-lain.

3. Gambar atau media grafis
Grafis secara umum diartikan sebagai gambar. Media grafis adalah penyajian visual (menekankan persepsi indra penglihatan) dengan penyajian dua dimensi. Media grafis tidak termasuk media elektronik. Termasuk dalam media grafis antara lain, poster, leaflet, reklame, billboard, spanduk, gambar karikatur, lukisan, dan lain-lain.
Poster
Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata. Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dnegan tujuan memengaruhi seseorang agar tertarik atau bertindakan pada sesuatu. Makna kata-kata dalam poster harus jelas dan tepat serta dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau foto.
Leaflet
Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat singkat, padat, mudah dimengerti, dan gambar-gambar yang sederhana. Leaflet atau sering juga disebut pamflet merupakan selembar kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah khusus untuk sasaran dan tujuan tertentu. Ukuran leaflet biasanya 20 x 30 cm yang berisi tulisan 200 – 400 kata. Ada beberapa leaflet yang disajikan secara berlipat.
Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air ditingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare serta pencegahannya, dan lain-lain.
Papan pengumuman
Papan pengumuman biasanya dibuat dari papan dengan ukuran 90 x 120 cm, biasa dipasang di dinding atau ditempat tertentu seperti balai desa, posyandu, masjid, puskesmas, sekolah, dan lain-lain. Pada papan tersebut gambar-gambar atau tulisan-tulisan dari suatu topik tertentu.
Gambar Optik
• Foto
Foto sebagai bahan untuk alat peraga digunakan dalam bentuk album ataupun dokumentasi lepasan. Album merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan, dan lain-lain. Album ini bisa dibawa dan ditunjukkan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang didiskusikan. Misalnya album foto yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk mengubah kebiasaan buang air besarnya menjadi di jamban. Dokumentasi lepasan yaitu foto-foto yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Foto ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dan lain-lain.
• Slide
Slide pada umumnya digunakan untuk sasaran kelompok. Penggunaan slide cukup efektif karena gambar atau setiap materi dapat dilihat berkali-kali dan dibahas lebih mendalam. Slide sangat menarik, terutama bagi kelompok anak sekolah dibanding dengan gambar, leaflet, dan lain-lain.
• Film
Film merupakan media yang bersifat menghibur, disamping dapat menyisipkan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar dan kolosal.

F. LANGKAH-LANGKAH PENETAPAN MEDIA KESEHATAN
Langkah-langkah dalam merancang pengembangan media promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan tujuan
Tujuan harus relaistis, jelas, dan dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran yang akan diukur, seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama dan dimana pengukuran dilakukan). Penetapan tujuan merupakan dasar untuk merancang media promosi dan merancang evaluasi.
2. Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, memberikan kepuasan pada masing-masing segmen, menentukan ketersediaan jumlah dan jangkauan produk, serta menghitung jenis dan penempatan media.
3. Memposisikan pesan (positioning)
Memposisikan pesan adalah proses atau upaya menempatkan suatu prosuk perusahaan, individu atau apa saja ke dalam alam pikiran sasaran atau konsumennya. Positioning membentuk citra.
4. Menentukan strategi positioning
Identifikasi para pesaing, termasuk persepsi konsumen, menentukan posisi pesaing, menganalisis preferensi khalayak sasaran, menetukan posisi merek produk sendiri, serta mengikuti perkembangan posisi.
5. Memilih media promosi kesehatan
Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran. Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas. Setiap media akan memberikan peranan yang berbeda. Penggunaan beberapa media secara seremoak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi, dan efektivitas pesan.

G. PESAN DALAM MEDIA
Pesan adalah terjemahan dari tujuan komunikasi ke dalam ungkapan atau kata yang sesuai untuk sasaran. Pesan dalam suatu media harus efektif dan kreatif. Oleh karena itu, pesan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :
 Memfokuskan perhatian pada pesan (command attention)
Ide atau pesan pokok yang merefleksikan strategi desain suatu pesan dikembangkan. Bila terlalu banyak ide, hal tersebut akan membingungkan sasaran dan mereka akan mudah melupakan pesan tersebut.
 Mengklarifikasi pesan (clarify the message)
Pesan haruslah mudah, sederhana dan jelas. Pesan yang efektif harus memberikan informasi yang relevan dan baru bagi sasaran. Kalau pesan dalam media diremehkan oleh sasaran, secara otomatis pesan tersebut gagal.
 Menciptakan kepercayaan (Create trust)
Pesan harus dapat dipercaya, tidak bohong, dan terjangkau. Misalnya, masyarakat percaya cuci tangan pakai sabun dapat mencegah penyakit diare dan untuk itu harus dibarengi bahwa harga sabun terjangkau atau mudah didapat di dekat tempat tinggalnya.
 Mengkomunikasikan keuntungan (communicate a benefit)
Hasil pesan diharapkan akan memberikan keuntungan. Misalnya sasaran termotivasi membuat jamban karena mereka akan memperoleh keuntungan dimana anaknya tidak akan terkena penyakit diare.
 Memastikan konsistensi (consistency)
Pesan harus konsisten, artinya bahwa makna pesan akan tetap sama walaupun disampaikan melalui media yang berbeda secara berulang; misal di poster, stiker, dan lain-lain.
 Cater to heart and head
Pesan dalam suatu media harus bisa menyentuh akal dan rasa. Komunikasi yang efektif tidak hanya sekadar memberi alasan teknis semata, tetapi juga harus menyentuh nilai-nilai emosi dan membangkitkan kebutuhan nyata.
 Call to action
Pesan dalam suatu media harus dapat mendorong sasaran untuk bertindak sesuatu bisa dalam bentuk motivasi ke arah suatu tujuan. Contohnya, “Ayo, buang air besar di jamban agar anak tetap sehat”.

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan. Simnett dan Ewles (1994) menambahkan bahwa metode mengajar dan alat belajar seperti leaflet, poster dan video banyak dipakai dalam praktik promosi kesehatan.
Alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan foto dan sebagainya. Tetapi dalam menggunakan alat peraga, baik secara kombinasi maupun tunggal, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung didalamnya harus dapat diterima oleh sasaran.

b. Saran
Dalam hal pemberdayaan masyarakat konsep media promosi kesehatan ini sangat penting bagi perawat. Jadi seorang perawat harus manguasai dan mengetahui jenis-jenis ataupun tehnik-tehnik dalam melakukan promosi kesehatan dan menerapkannya ke masyarakat dengan efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
http://uptdpuskesmassukatani.blogspot.com/2011/09/konsep-prinsip-promkes.html
Notoatmodjo,soekidjo. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Renekacita. Depok. 2010
http://princeskalem.blogspot.com/2012/01/menggunakan-dan-memproduksi-materi.html

Diposkan oleh gomawoyo di 06:13
http://tarychute.blogspot.com/2012/05/media-dan-metode-dalam-promosi.html
http://www.psychologymania.com/2012/08/media-promosi-kesehatan.html

asuhan keperawatan IMA (infark Miocard Akut)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan arteri koroner (Hudak & Gallo; 1997). Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya ateroksklerotik pada dinding arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan otot jantung.
Serangan infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi tidak seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat serangan angina, maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat, sering pada jam-jam awal dipagi hari.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan infark miocard akut (IMA) ?
2. Apa saja penyebab dan gejala IMA serta bagaimana proses terjadinya ?
3. Tes apa saja yang dilakukan dan komplikasi apa yang ditimbulkan ?
4. Bagaimana dengan pengkajian dan diagnosa apa yang bisa muncul ?
5. Rencana apa yang akan dilakukan dan bagaimana hasilnya ?

C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk dapat memahami tentang Asuhan Keperawatan penyakit infark miocard akut (IMA) atau biasa disebut dengan serangan jantung.

BAB II
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Infark Miokardium Akut (IMA) à nekrosis miokardium yg disebabkan oleh tidak adekuatnya pasokan darah akibat sumbatan akut pada arteri koroner. (Perki,2004). Infark miocardium mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. (Brunner & Sudarth, 2002)
Infark miocard acut adalah nekrosis miocard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (Suyono, 1999). Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh karena sumbatan arteri koroner (Hudak & Gallo; 1997). Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya ateroksklerotik pada dinding arteri koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan oto jantung.

B. ETIOLOGI
Faktor penyebab:
1. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
a. Faktor pembuluh darah: Aterosklerosis, Spasme, Arteritis.
b. Faktor sirkulasi: Hipotensi, Stenosos aurta, insufisiensi.
c. Faktor darah: Anemia, Hipoksemia, polisitemia.
2. Curah jantung yang meningkat:
a. Aktifitas berlebihan
b. Emosi
c. Makan terlalu banyak
d. Hypertiroidisme
3. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada:
a. Kerusakan miocard
b. Hypertropimiocard
c. Hypertensi diastolic
Faktor predisposisi :
1. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
c. Hereditas
d. Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
2. Faktor resiko yang dapat diubah :
a. Mayor: hiperlipidemia, hipertensi, Merokok, Diabetes, Obesitas, Diet tinggi lemak jenuh, kalori.
b. Minor: Inaktifitas fisik, Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif) Stress psikologis berlebihan.
C. PATOFISIOLOGI

Proses terjadinya IMA
Thrombus menyumbat aliran darah arteri koroner, sehingga suplai nutrisi dan O2 ke bagian distal terhambat. sel otot jantung bagian distal mengalami hipoksia iskhemik infark, kemudian serat otot menggunakan sisa akhir oksigen dalam darah, hemoglobin menjadi teroduksi secara total dan menjadi berwarna biru gelap, dinding arteri menjadi permeable, terjadilah edmatosa sel, sehingga sel mati.
Mekanisme nyeri pada IMA
Hipoksia yang terjadi pada jaringan otot jantung memaksa sel untuk melakukan metabolisme CO2 (metabolisme anaerob), sehingga menghasilkan asam laktat dan juga merangsang pengeluaran zat-zat lainnya seperti histamine, kinin, atau enzim proteolitik seluler merangsang ujung-ujung saraf reseptor nyeri di otot jantung, impuls nyeri dihantarkan melalui serat saraf afferen simpatis, kemudian dihantarkan ke thalamus, korteks serebri, serat saraf aferen, dan dipersepsikan nyeri.
Perangsangan syaraf simpatis yang berlebihan akan menyebabkan :
a. Meningkatkan kerja jantung dengan menstimulasi SA Node sehingga menghasilkan frekuensi denyut jantung lebih dari normal (takhikardi).
b. Merangsang kelenjar keringat sehingga ekresi keringat berlebihan.
c. Menekan kerja parasimpatis, sehingga gerakan peristaltik menurun, akumulasi cairan disaluran pencernaan, rasa penuh di lambung, sehingga merangsang rasa mual atau muntah.
d. Vasokonstriksi pembuluh darah perifer, sehingga alir balik darah vena ke atrium kanan meningkat, dan akhirnya tekanan darah meningkat.

D. MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang timbul pada Infark Miocard akut adalah:
1) Nyeri hebat pada dada kiri menyebar ke bahu kiri, leher kiri dan lengan atas kiri, kebanyakan lamanya 30 menit sampai beberapa jam, sifatnya seperti ditusuk-tusuk, ditekan, tertindik.
2) Takhikardi.
3) Keringat banyak sekali.
4) Kadang mual bahkan muntah diakibatkan karena nyeri hebat dan reflek vasovagal yang disalurkan dari area kerusakan miokard ke traktus gastro intestinal.
5) Dispnea.
6) Abnormal Pada pemeriksaan EKG.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) EKG :
adanya gelombang patologik disertai dengan peninggian segmen ST yang konveks dan diikuti gelombang T yang negatif dan simetrik.Yang terpenting ialah kelainan Q yaitu menjadi lebar (lebih dari 0,04 sec) dan dalam ( Q/R lebih dari ¼ )
2) Laboratorium
– Creatinin fosfakinase (CPK).
– Iso enzim CKMB meningkat. Hal ini terjadi karena kerusakan otot, maka enzim intra sel dikeluarkan ke dalam aliran darah. Normal 0-1 mU/ml. Kadar enzim ini sudah naik pada hari pertama ( kurang lebih 6 jam sesudah serangan ) dan sudah kembali ke nilai normal pada hari ke 3.
– SGOT (Serum Glutamic Oxalotransamine Test ) normal kurang dari 12 mU/ml. Kadar enzim ini biasanya baru naik pada 12 – 48 jam sesudah serangan dan akan kembali normal pada hari ke 7 dan 12.
3) Radiologi
Hasil radiologi tidak menunjukkan secara spesifik adanya infark miokardium, hanya menunjukkan pembesaran dari jantung.
4) Ekhokardiografi
Menilai fungsi dari ventrikel kiri,gerakan jantung abnormal

F. KOMPLIKASI
Infark miokardium akut sering menimbulkan komplikasi, antara lain:
– Perluasan infark dan iskemia pasca infark
– Aritmia (sinus bradikardi, supraventrikular, takiaritmia, aritmia ventricular)
– Disfungsi otot jantung (gagal jantung kiri, hipotensi)
– Infark ventrikel kanan
– Defek mekanik
– Rupture miokard
– Aneurisma ventrikel kiri
– Perikarditis
– Thromboembolisme.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji adalah:
1) Aktivitas/istirahat:
Gejala: Kelemahan, kelelahan, insomnia, Riwayat pola hidup menetap, jadwal olahraga tak teratur.
Tanda: Takikardia, dispnea pada istirahat/kerja
2) Sirkulasi:
Gejala: Riwayat IM sebelumnya, penyakit arteri koroner, GJK, masalah TD, DM.
Tanda:
– TD dapat normal atau naik/turun; perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri.
– Nadi dapat normal; penuh/tak kuat atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat; tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
– BJ ekstra (S3/S4) mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau komplian ventrikel.
– Murmur bila ada menunjukkan gagal katup atau disfungsi otot papilar.
– Friksi; dicurigai perikarditis
– Irama jantung dapat teratur atau tak teratur.
– Edema, DVJ, edema perifer, anasarka, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.
– Pucat atau sianosis pada kulit, kuku dan membran mukosa.
3) Integritas ego:
Gejala:
– Menyangkal gejala penting.
– Takut mati, perasaan ajal sudah dekat
– Marah pada penyakit/perawatan yang ‘tak perlu’
– Kuatir tentang keluarga, pekerjaan dan keuangan.
Tanda:
– Menolak, menyangkal, cemas, kurang kontak mata
– Gelisah, marah, perilaku menyerang
– Fokus pada diri sendiri/nyeri.
4) Eliminasi:
Tanda: Bunyi usus normal atau menurun
5) Makanan/cairan:
Gejala: Mual, kehilangan napsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati/terbakar.
Tanda:
– Penurunan turgor kulit, kulit kering/berkeringat
– Muntah
– Perubahan berat badan
6) Hygiene:
Gejala/tanda: Kesulitan melakukan perawatan diri.
7) Neurosensori:
Gejala: Pusing, kepala berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk/istirahat)
Tanda: Perubahan mental dan Kelemahan
8) Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:
– Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktifitas), tidak hilang dengan istirahat atau nitrogliserin.
– Lokasi nyeri tipikal pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang, wajah. Tidak tertentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen, punggung, leher.
– Kualitas nyeri ‘crushing’, menusuk, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
– Instensitas nyeri biasanya 10 pada skala 1-10, mungkin pengalaman nyeri paling buruk yang pernah dialami.
– Catatan: nyeri mungkin tak ada pada pasien pasca operasi, dengan DM, hipertensi dan lansia.
Tanda:
– Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
– Menangis, merintih, meregang, menggeliat.
– Menarik diri, kehilangan kontak mata
– Respon otonom: perubahan frekuensi/irama jantung, TD, pernapasan, warna kulit/kelembaban, kesadaran.
9) Pernapasan:
Gejala:
– Dispnea dengan/tanpa kerja, dispnea nokturnal
– Batuk produktif/tidak produktif
– Riwayat merokok, penyakit pernapasan kronis
Tanda:
– Peningkatan frekuensi pernapasan
– Pucat/sianosis
– Bunyi napas bersih atau krekels, wheezing
– Sputum bersih, merah muda kental

10) Interaksi sosial:
Gejala: Stress saat ini (kerja, keuangan, keluarga) dan Kesulitan koping dengan stessor yang ada (penyakit, hospitalisasi)
Tanda: Kesulitan istirahat dengan tenang, respon emosi meningkat dan Menarik diri dari keluarga.
11) Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
– Riwayat keluarga penyakit jantung/IM, DM, Stroke, Hipertensi, Penyakit Vaskuler Perifer.
– Riwayat penggunaan tembakau.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri b.d ketidakseimbangan suplai darah & O2 dengan kebutuhan miokardium.
2. Aktual/ resiko tinggi ↓ curah jtg yg b.d perubahan, irama, konduksi elektrikal.
3. Aktual/ resiko tinggi ketidak efektifan pola napas yg b. d pengembangan paru tidak optimal, kelebihan cairan akibat sekunder dari udema paru.
4. Aktual/ resiko tinggi gangguan perfusi perifer yg b.d ↓ curah jantung
5. Intoleransi aktifitas yang b. d. ↓ perfusi perifer akibat sekunder dari ketidakseimbangan antara suplai O2 dengan kebutuhan.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa keperawatan : nyeri akut b/d ketidakseimbangan suplai darah dan oksigen dengan kebutuhan miokardium
Tujuannya : terdapat penurunan respon nyeri dada .
Intervensinya :
• Kaji karateristik nyeri, lokasi ,intensitas ,lama dan penyebarannya .
Rasional : variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian .
• Kolaborasi pemberian terapi farmakologis antiangina.
Rasional : obat-obatan antiangina bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ,baik dengan menambah supali oksigen maupun dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen .
• Kolaborasi pemberian terapi farmakologis trombolitik.
Rasional : trombolitik menghancurkan thrombus dengan mekanisme fibrinolitik ,mengubah plasminogen menjadi plasmin yang menghancurkan fibrin dalam bekuan darah .
• Kolaborasi untuk tindakan terapi nonfarmakologi.
Rasional : kolaborasi apabila tindakan tidak menunjukkan perbaikan atau penurunan nyeri .

2. Diagnosa keperawatan : actual /risiko tinggi menurunnya curah jantung yang b/d perubahan frekuensi ,irama ,dan konduksi elektrikal .
Tujuan : tidak terjadi penurunan curah jantung .
Intervensinya :
• Auskultasi TD ,bandingkan kedua lengan ,ukur dalam keadaan berbaring ,duduk , atau berdiri bila memungkinkan .
Rasional : hipotensi dapat terjadi pada disfungsi ventrikel .

• Evaluasi kualitas dan kesamaan nadi.
Rasional : penurunan curah jantung mengakibatkan penurunan kekuatan nadi .
• Pantau frekuensi dan irama jantung.
Rasional : perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukkan komplikasi distritmia.
• Berikan makanan kecil/mudah dikunyah ,batasi asupan kafein.
Rasional : makanan besar dapat meningkatkan karja miokarsium .kafein dapat merangsang langsung ke jantung , sehingga meningkatkan frekuensi jantung.

3. Diagnosa keperawatan : actual/risiko tinggi pola nafas tidak efektif yang b/d pengembangan paru tidak optimal ,kelebihan cairan diparu sekunder dan edema paru akut.
Tujuan : tidak terjadi perubahan pola nafas.
Intervensinya :
• Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : indikasi edema paru sekunder akibat dekopensasi jantung.
• Kaji adanya edema.
Rasional : curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan .
• Ukur intake dan input klien.
Rasional : penurunan curah jantung mengakibatkan gangguan perfusi ginjal ,retensi natrium/air dan penurunan keluarnya urine.
• Timbang berat badan.
Rasional : perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan gangguan keseimbangan cairan.
• Pertahankan pemasukan total cairan 2.000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekopensasi jantung .

4. Diagnosa keperawatan : actual/risiko tinggi gangguan perfusi perifer yang b/d menurunnya curah jantung .
Tujuan : perfusi perifer meningkat.
Intervensinya :
• Auskultasi TD .bandingka kedua lengan ,ukur dalam keadaan berbaring ,duduk,atau berdiri bila mampu .
Rasional : hipotensi dapat terjadi sampai dengan disfungsi ventrikel .
• Kaji status mental klien secara teratur.
Rasioal : mengetahui darajat hipoksia pada otak .
• Kaji warna kulit, suhu, sianosis ,nadi perifer ,dan diaphoresis secara teratur .
Rasonal : mengetahui derajat hiposekmia dan peningkatan tahanan perifer .
• Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas.
Rasional : sebagai gagal jantung kanan . jika berat ,akan ditemukan adanya tanda kengestif .
• Catat murmur.
Rasional : menunjukkan gangguan aliran darah jantung , (kelainan katup, kerusakan septum ,atau fibrasi otot kapiler .

5. Diagnosa keperawatan : intoleransi aktivitas yang b/d penurunan perfusi perifer sekunder dari ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan .
Tujuan : akticitas klien mengalami peningkatan .
Intervensinya :
• Catat frekuensi jantung ,irama ,dan perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas .
Rasional : respons klien terhadap aktivitas dapat mengindikasikan penurunan oksigen miokardum .
• Tingkat istirahat ,batasi aktivitas ,dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat .
Rasional : menurunkan kerja miokardium /konsumsi oksigen.
• Anjurkan untuk menghindari peningkatan tekanan abdomen, misalnya mengejan saat defekasi .
Rasional : dengan mengejan dapat mengakibatkan bradikardi , menurunkan curah jantung dan takikardia , serta peningkatan TD .
• Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas . contoh : bangun dari tempat tidur bila tak ada rasa nyeri , ambulasi ,dan istirahat selama 1 jam setelah makan .
Rasional: aktivitas yang maju memberikan control jantung , meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan .
• Rujuk ke program rehabilitas jantung.
Rasional : meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk peningkatan miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan karena iskemia .

D. EVALUASI
Hasi yang diharapkan pada proses keperawatan klien dengan infark miokardium tanpa komplikasi adalah sbb:
1. Bebas dari nyeri
2. Menunjukkan peningkatan curah jantung .
3. TTV kembali normal
4. Terhindar dari risiko penurunan perfusi perifer.
5. Tidak terjadi kelebihan volume cairan
o Tidak sesak
o Edema ekstremitas tudak terjadi
6. Memahami cara mencegah komplikasi dan menunjukkan tanda-tanda bebas dari komplikasi dengan cara sbb :
o Menjelaskan proses terjadinya angina
o Menjelaskan lasan tindakan pencegahan komplikasi
o EKG dan kadar enzim jantung normal.
o Bebas dari tanda dan gejala klinik miokardium akut .

BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
IMA (infark miokard akut) Merupakan salah satu penyakit yang di akibatkan karena berkurangnya suplai oksigen kejaringan .sehingga kematian sel-sel mikardium yang terjadi akibat kekurangan oksigen berkepanjangan .
Selain itu , serangan jantung terjadi jika ada suatu sumbatan pada arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau terputusnya aliran darah kesuatu bagian dari jantung .dimana arteri koroner kiri memperdarahi sebagian besar ventrikel kiri, septum dan arteri kiri serta arteri kanan memperdarahi sisi diafragmatik ventrikel kiri sedikit bagian posterior septum dan vetrikel serta antrium kanan .
Akan tetapi , IMA(infark miokard akut) bisa diatasi. apabila , perawat atupun tim medis segera melakukan tindakan kepada kliennya untuk cepat tanggap terhadap gejala-gejala yang ditimbulkan dalam IMA ini .
b. Saran
Sebaiknya , untuk menghindari penyakit IMA ini . maka hindarilah hal-hal yang dapat menyebabkan fungsi otot jantung terganggu ,dengan melakukan pola nafas efektif dengan baik karena penyakit ini cukup membahayakan bagi tubuh dalam menjalankan aktivitas sehari-hari .

DAFTAR PUSTAKA
Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa, I.M. Jakarta: EGC; 1999

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000
Suyono, S, et al. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001

Diposkan oleh lukman ogi bone di 19:13
http://akperbhayangkaraaskep.blogspot.com/2012/01/imainfark-miokard-akut.html